Tugas Pendidikan Agama Islam Tafsir Ayat Perihal Musyawarah

Hai sobat bloger :). 
Jumpa lagi di blog saya yang semoga bermanfaat bagi sobat semua. Kali ini saya akan menyebarkan Tafsir ayat wacana musyawarah, yaitu Q.S. Ali Imran  ayat 159 dan Q.S. Asy-Syura ayat 38.
Tafsir ini meliputi Tafsir Al-Misbah, Al-Ibriz, Al-Azhar, Jalalain, dan tafsir Ibnu Katsir.
Kalau mau Copy Paste dari blog saya silahkan, asalkan cantumkan sumbernya ya. :D
Langsung saja simak baik-baik



“AYAT-AYAT TENTANG MUSYAWARAH”

A.               AYAT DAN  TERJEMAHAN

  •      Q.S. Ali Imran  ayat 159

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ  
Terjemahan  :
“Maka dengan rahmat dari Allah engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap agresif dan berhati keras, pasti mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada-Nya (QS. Al­i Imran: 159)
  •      Q.S.  Asy-Syura ayat 38
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُون
Terjemahan :
(Bagi) orang-orang yang mendapatkan (mematuhi) permintaan Tuhannya, mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.” (QS. Al-Syura: 38)

B.            TAFSIR
·        Al- Misbah
    QS. Ali Imran ayat 159
  Bahwa surat Ali Imran diturunkan seusai Perang Uhud. Ketika itu sebagian sobat ada yang melanggar perintah Nabi. Akibat pelanggaran itu hasilnya menyeret kaum muslimin ke dalam kegagalan sehingga kaum musyrikin sanggup mengalahkan mereka (kaum muslimin) dan umat Islam menderita kehilangan tujuh pukuh sobat terbaik, diantaranya ialah Hamzah, Mush’ab, dan Sa’ad bin ar Rabi’. Namun Rasulullah tetap diserukan untuk bersabar, tahan uji dan bersikap lemah lembut, tidak mencela kesalahan para sahabatnya dan tetap bermusyawarah dengan mereka, sebagaimana yang terkandung dalam surat Ali Imran ayat 159. Para sobat merasa bersalah dan takut kalau Rasulullah tidak mengajak bermusyawarah lagi, lantaran inspirasi keluar menemui musuh ialah dari mereka. Yang demikian sebagaimana dikatakan Muhammad Thahir bin ‘Asyur. Dalam peperangan Uhud, Rasulullah mendapatkan inspirasi para sobat dalam bermusyawarah, mereka merasa bersalah.
QS. As-Syura ayat 38
Merupakan surat yang diturunkan di Mekkah sebelum hijriah dan sebelum berdirinya daulah Islamiyah (era Madinah), Ini mengambarkan bahwa musyawarah merupakan salah satu karakteristik penting yang khas bagi umat Islam, selain uman kepada Allah, mendirikan shalat, saling menolong dalam kasus ekonomi. Oleh lantaran itu Allah memuji orang yang melaksanakannya. Musyawarah merupakan salah satu ibadah terpenting. Oleh lantaran itu, yang mengingkari atau mengabaikan musyawarat sanggup dianggap sebagai masyarakat yang cacat dalam kesepakatan terhadap salah satu bentuk ibadah. Dari ayat tersebut di atas sanggup diketahui, bahwa sebelum masa hijrah, kaum muslimin sudah mengenal musyawarah. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
·        Tafsir Al- Ibriz
QS.Ali Imran ayat 159
Dalam surat ini disebutkan fa’fu ‘anhum (maafkan mereka). Maaf secara harfiah berarti “menghapus”. Memaafkan ialah menghapuskan bekas luka dihati akhir sikap pihak lain yang tidak wajar. Ini perlu lantaran tiada musyawarah tanpa pihak lain, sedangkan kecerahan pikiran hanya hadir bersamaan dengan sinarnya kekeruhan hati.
Disisi lain, orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental atau selalu memberi maaf. Karena mungkin saja dikala bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-kalimat yang menyinggung perasaan orang lain. Dan bila hal-hal itu masuk kedalam hati, akan mengeruh pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. Itulah kandungan pesan fa’fu anhum.
Asbabul-Nuzul dari ayat ini ialah pada waktu kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam Perang Badar, banyak orang-orang kaum musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menuntaskan kasus itu Rasulallah SAW mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar Shiddik dan Umar bin Khattab. Rasulullah SAW meminta pendapat Abu Bakar wacana tawanan perang tersebut. Abu Bakar menyampaikan pendapatnya, bahwa tawanan perang itu sebaiknya dikembalikan ke keluarganya dengan membayar tebusan. Hal mana sebagai bukti bahwa Islam itu lunak, apalagi kehadirannya gres saja. Kepada Umar bin Khattab juga dimintai pendapatnya. Dia mengemukakan, bahwa tawanan perang itu dibunuh saja. Yang diperintahkan membunuh ialah keluarganya. Hal ini dimaksudkan supaya dibelakang hari, mereka tidak berani menghina dan mencaci Islam. Sebab bagaimanapun Islam perlu menunjukkan kekuataannya dimata mereka. Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini, Rasulullah SAW sangat kesulitan untuk mengambil kesimpulan. Akhirnya Allah SWT menurunkan ayat ini yang menegaskan supaya Rasulallah SAW berbuat lemah lembut. Kalau bersikeras hati mereka tidak akan menarik simpati sehingga mereka akan lari dari fatwa Islam. Alhasil ayat ini diturunkan sebagai pemberian atas pendapat Abu Bakar Shiddik. Di sisi lain memberi peringatan kepada Umar Bin Khattab. Apabila dalam permusyawarahan pendapatnya tidak diterima, hendaklah bertawakkallah kepada Allah SWT. Sebab Allah Sangat menyayangi orang – orang yang bertawakal. Dengan turunnya ayat ini maka tawanan perang itupun dilepaskan sebagaimana saran Abu Bakar.
Rasulullah juga bermusyawarah dengan para sahabatnya pada waktu menghadapi Perang Badar dengan menunjukkan idenya untuk menghadang kafilah Musyrikin Quraisy yang kembali dari Syam. Ide tersebut disepakati oleh para sobat dengan kata – kata yang meyakinkan. Mereka berkata “Ya Rasulalla, sekiranya engkau mengajak kami berjalan menyeberangi lautan ini, tentu akan kami lakukan dan sekali – kali tidaklah kami akan bersikap sabar menyerupai kaum Musa yang berkata kepada nabinya, pergilah engkau bersama Tuhanmu berperang, Sedang kami akan tetap tinggal disini. Dalam kasus peperangan dan sebagainya yang tidak ada di turunkan nash wacana hal itu untuk mengeluarkan pendapat, memperbaiki diri dan mengangkat kekuasaan mereka.
QS. Asy-Syura ayat 38
Ayat ini turun sebagai kebanggaan kepada kelompok Muslim Madinah ( Anshar) yang bersedia membela Nabi SAW. Dan menyepakati hal tersebut melalui musyawarah yang mereka laksanakann di rumah Abu Ayub Al Anshari. Namun demikian, ayat ini juga berlaku umum, meliputi setiap kelompok yang melaksanakan musyawarah.
Kata amruhum/urusan mereka mengambarkan bahwa yang mereka musyawarahkan ialah hal-hal yang berkaitan dengan mereka serta yang berada dalam wewenang mereka. Karena itu kasus madhah/ murni yang sepenuhnya berada dalam wewenang Allah, tidaklah termasuh hal-hal yang sanggup dimusyawarahkan. Di sisi lain, mereka yang tidak berwenang dalam urusan yang dimaksud, tidaklah perlu terlibat dalam musyawarah itu, kecuali jikalau diajak oleh yang berwenang, kerena boleh jadi yang mereka musyawarahkan ialah dilema diam-diam antar mereka. Al-Marghi menyampaikan apabila mereka berkumpul mereka mengadakan musyawarah untuk memeranginya dan membersihkan sehingga tidak ada lagi peperangan dan sebagainya. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa mereka bermusyawarah di dalam mengambil suatu keputusan  untuk mereka ikuti pendapat itu, misalnya dalam peperangan.





·        Tafsir Al Azhar
QS. Ali Imran ayat 159
Di dalam ayat ini bertemulah kebanggaan tinggi dari Allah terhadap Rasul Nya, lantaran sikapnya lemah lembut, tidak lekas murka kepada umatnya yang tengah dituntun dan dididiknya iman mereka lebih sempurna. Sudah demikian kesalahan beberapa orang yang meninggalkan tugasnya. Karena lupa akan harta itu, namun Rasulullah tidak terus marah-marah saja. Melainkan dengan jiwa besar mereka dipimpin. Dalam ayat ini Allah menegaskan sebagai kebanggaan pada Rasulullah, sesungguhnya sikap yang lemah lembut itu, ialah lantaran kedalam dirinya telah dimasukan oleh Allah rahmat-Nya.
Dengan sanjungan Allah yang sangat tinggi kepada Rasul-Nya, lantaran lemah lembut-Nya itu, berarti bahwa Allah bahagia sekali jikalau sikap itu diteruskan. Pemimpin yang agresif dan berkeras hati atau kaku sikapnya, akan seganlah orang menghampiri. Orang akan menjauh satu per satu, sehingga dia “akan mengantang asap” sendirian.
Kepada beberapa diantaranya kita umat Muhammad yang diberi pula kiprah dari Allah untuk mewarisi Nabi, melanjutkan kepemimpinan beliau, dengan ayat ini diberi pulalah tuntunan, bahwasannya seorang pemimpin yang selalu hanya bersikap agresif dan berkeras hati, tidaklah akan jaya dalam memimpin. Didalam ayat ini juga dijelaskan bahwa jikalau ada yang berbuat kesalahan maka kita wajib memaafkannya. Dan Inilah inti dari kepemimpinan itu.
”apabila telah bundar hatimu, maka tawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat suka kepada orang-orang yang bertawakal.”
 QS. Asy-Syura ayat 38
Orang-orang yang mendapatkan permintaan Tuhannya, hendaknya mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka.
·         Tafsir Ibnu Katsir
QS.  Ali Imran ayat 159
Rasulallah memakai musyawarah untuk meminta pesan yang tersirat banyak sekali kasus kepada para sahabatnya, untuk menyenangkan hati dan supaya mereka aktif dalam melaksanakan keputusan yang mereka peroleh. Sebagai teladan sebelum Perang Badar, Pertempuran Uhud, dikala Perang Khandaq ( parit ) dan dikala menyerang penyembah berhala di hari Hudaybiyyah serta pada hari Ifk yaitu tuduhan palsu terhadap Ummul  Mukminin Aisyah R.A berzina.
QS. Asy-Syura ayat 38
Syura hukumnya ialah sunah dan orang menginfakkan hartanya untuk jalan kebaikandan mensedekahkan kepada orang yang membutuhkannya dan ibadah yang mengorbankan hartanya itu ada yang wajib menyerupai zakat, adapula yang mandub menyerupai infak dan sedekah.






·         Tafsir Jalalain
QS.  Ali Imran ayat 159
Maka berkat rahmat dari Allah kau menjadi lemah lembut hai Muhammad (kepada mereka) sehingga kau hadapi pelanggaran mereka terhadap perintahmuitu dengan sikap lunak (dan sekiranya kau bersikap keras) artinya akhlakmu buruk dan tidak terpuji ( berhati agresif ) sampai kau mengambil tindakan keras terhadap mereka (tentulah mereka akan manjauhkan diri dari sekelilingmu, maka maafkanlah mereka) atas kesalahan yang mereka perbuat (dan mintakanlah ampunan  bagi mereka) atas kesalahan-kesalahan itu sampai ku ampuni (serta berundinglah dengan mereka) artinya mintalah pendapat atau buah piker mereka (mengenai urusan itu) yakni urusan peperangan dan lain-lain demi mengambil hati mereka, dan supaya umatmu menggandakan sunah dan jejak langkahmu, maka Rasulallah SAW banyak bermusyawarah dengan mereka. (Kemudian apabila kau telah berketetapan hati) untuk melaksanakan apa yang kau kehendaki sehabis bermusyawarah itu (maka bertawakallah kepada Allah) artinya percayalah kepada-Nya. (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal) kepada-Nya.
QS. Asy-Syura ayat 38
(Bagi) orang-orang yang mendapatkan (mematuhi) permintaan Tuhannya, mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka.

C.    KESIMPULAN
Musyawarah sangat diharapkan dalam kehidupan sehari-hari menyerupai fatwa Islam  yang telah terjadi pada masa pemerintahan Rasulallah menyerupai contoh-contoh diatas. Dengan musyawarah kita akan mendapatkan keputusan yang sesuai dengan pendapat semua orang yang ikut bermusyawarah. Bermusyawarah juga sanggup melatih jiwa kepemimpinan. Seorang pemimpin hendaknya mencontoh Nabi Muhammad SAW yang bersikap lemah lembut, dan tidak agresif atau berkeras hati supaya disegani orang dan tidak dijauhi orang lain menyerupai yang terkandung dalam Q.S Ali Imran ayat 159 di atas.  Tidak menyerupai zaman kini banyak pemimpin yang agresif dan egois sehingga mereka tidak disegani masyarakat.  Setelah musyawarah itu sudah mencapai mufakat, kita harus  melaksanakan keputusan tersebut dengan sepenuh hati dan hendaknya bertawakal kepada Allah SWT, lantaran Allah SWT menyukai orang-orang yang takwa. Kita juga harus mematuhi perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya menyerupai mendirikan sholat wajib dan beramal atas sebagian harta yang telah diberikan oleh Allah kepada kita dan kita juga harus menjalankan keputusan hasil musyawarah dengan lapang dada sehingga keputusan kita akan di ridhoi oleh Allah SWT menyerupai isi kandungan Q.S Asy-Syura ayat 38 di atas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menampilkan Goresan Pena Berjalan Di Blog

Soal Masuk Sma Kecerdikan Mulia 2016-2017 Dan Pembahasan

Soal Matematika Olimpiade Hardiknas